Powered by Blogger.

Translate

Flag Counter

Blogroll

BEDOUINS OF BANTEN-INDONESIA(SUKU BADUY)

Bedouins / Bedouin is a sub-group of indigenous peoples in Indonesia Sundanese, and they are one of the groups that implement isolation from the outside world.

MT. PULOSARI OF PANDEGLANG-INDONESIA

volcano in Pandeglang, Banten, Indonesia. Although no data eruptions that have occurred, but there is fumaroles activity that occurs in the caldera wall with a depth of 300 meters.A height of 1.346 meters (4.416 feet).

SHARK TEETH BEACH OF LAMPUNG - INDONESI

Taper-shaped cluster of rocks scattered among the waves. The shape resembles a shark's teeth are pointy so called Shark Tooth Beach.This beach is a hidden paradise for its beauty sneak in isolated locations and not many visitors.

KARANGANTU COASTAL FISHING PORT BANTEN - INDONESIA

Karangantu port is the second largest port after port of Sunda Kelapa in Jayakarta said Tom Pires, a merchant who also pharmacists from Portugal.It is recorded in the book "Understanding of Historical and Archeological City of Banten Lama" by Uka Tjandrasasmita, Hasan M Ambary, and Hawany Michrob..

MY ADVENTURE

Curabitur et lectus vitae purus tincidunt laoreet sit amet ac ipsum. Proin tincidunt mattis nisi a scelerisque. Aliquam placerat dapibus eros non ullamcorper. Integer interdum ullamcorper venenatis. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.

Search This Blog

Friday, 19 June 2015

KARANGANTU COASTAL FISHING PORT (PELABUHAN IKAN KARANGANTU)

Pada abad 16, pelabuhan ini menjadi tempat persinggahan para pedagang sebelum melanjutkan perjalanan ke benua Australia. Bahkan, Belanda saat pertama kali masuk ke Pulau Jawa pada tahun 1596 memakai jasa pelabuhan ini untuk berlabuh.
Masih dari buku yang sama, disebutkan Gubernur Belanda Jan Piterzoon Coen pernah membuat catatan soal perahu Tiongkok yang membawa barang senilai 300.000 real di Karangantu.
Pelabuhan Karangantu tidak hanya tercatat dalam buku, namun peninggalan barang berharga yang pernah diperjualbelikan dapat dilihat di Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama.
Nama Karangantu sendiri menurut mitos yang beredar di masyarakat lahir karena saat itu ada seorang Belanda yang membawa guci berisikan hantu. Hingga suatu hari guci itu pecah dan hantu yang di dalamnya keluar. Mulai saat itulah pelabuhan yang telah berganti menjadi kampung nelayan ini diberi nama Pelabuhan Karangantu


Menurut Cornelis de Houtman asal Belanda pada tahun 1596 Banten disebut Kota Pelabuhan dan Perdagangan yang sama besar dengan Kota di Amsterdam saat itu, sama pula yang diungkapkan oleh Vincent Leblanc asal Perancis waktu tiba di Banten pada abad 16. Untuk itu Banten merupakan pelabuhan yang penting bila dilihat dari sudut geografi dan ekonomi karena letaknya yang strategis dalam penguasaan Selat Sunda. Kejatuhan Malaka ke tangan Portugis pada tahun 1511 menyebabkan para pedagang muslim enggan untuk melalui Selat Malaka. Para pedagang yang berasal dari Arab, Persia, dan Gujarat mengalihkan jalur perdagangan ke Selat Sunda, sehingga mereka pun singgah di Karangantu. Sejak itu, perlahan tapi pasti, Karangantu menjadi pusat perdagangan Internasional yang banyak disinggahi oleh para pedagang dari Benua Asia, Afrika dan Eropa. Dapat dibayangkan betapa besar dan ramainya Bandar Karangantu saat itu. Karangantu sendiri terletak tidak jauh dari objek-objek wisata di Banten lainnya seperti Masjid Agung Banten, Keraton Kaibon, dan lain-lain di Kecamatan Kasemen, Serang – Banten.

Saat ini Karangantu hanya sebuah pelabuhan kecil yang sama sekali tidak menunjukkan bukti-bukti kebesarannya di masa lalu, sebaliknya pelabuhan yang pernah dijuluki sebagai ”Singapore-nya Banten” ini. Sampai sekarang pelabuhan ini masih dimanfaatkan untuk pelabuhan dan pusat perdagangan ikan, khususnya untuki daerah Serang sendiri. Pada tahun 1991 pelabuhan ini pernah dikeruk agar kapal-kapal yang bertonase besar dapat masuk.
Meskipun kondisi objek bersejarah ini kurang optimal, akan tetapi Pelabuhan Karangantu memiliki kharisma tersendiri. Karena Pelabuhan Karangantu merupakan salah satu pelabuhan yang sangat terkenal pada zaman kejayaannya, bahkan para bangsa Barat pertama kali menginjakkan kaki di Nusantara berawal dari tempat ini. Oleh karenanya, Pelabuhan Karangantu dapat dibilang sebagai salah satu titik awal perkembangan peradaban di Indonesia. Selain itu, di pelabuhan ini pada setiap Bulan Oktober atau November setiap tahunnya diselenggarakan Pesta Ruat Laut.
Kalau kita tengok sejarah, Pelabuhan Karangantu bukanlah sembarang pelabuhan. Dahulu kala tempat ini merupakan Bandar besar bertaraf internasional. Pelabuhan ini merupakan pelabuhan tertua di Banten menggantikan peran Sunda Kelapa sebagai pelabuhan terbesar di pantai utara Jawa sebelumnya. Pada waktu itu banyak kapal dagang datang dari negara lain seperti Persia, China, Arab, Portugis, Inggris bahkan Belanda datang pertama kali ke pulau Jawa pada tahun 1596 melalui pelabuhan ini juga. Pada abad XVI-XVII Banten merupakan pusat perdagangan rempah-rempah yang cukup besar di Asia Tenggara. Jadi dengan latar belakang sejarah besar tersebut seharusnya kita mempunyai kewajiban untuk menjaga agar pelabuhan ini tetap besar atau paling tidak kita harus menjaganya agar kondisinya terawat dan tertata dengan baik.
 
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan Pemprov Banten membahas tindaklanjut pengembangan Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu, di Kecamatan Kasemen, Kota Serang. Pasalnya, setelah Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Karangantu ditingkatkan statusnya menjadi Pelabuhan Perikanan Nusantara hingga saat ini infrastruktur dan prasarana dan sarana penunjang pelabuhan tersebut belum terpenuhi.
Pembahasan pengembangan pelabuhan perikanan Nusantara Karangantu itu dilakukan antara Menteri Keluatan dan Perikanan  RI Syariep Cicip Sutardjo dengan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah di kantor KKP RI di Jakarta, Kamis, (2/2). Dalam pertemuan itu, Gubernur Banten didampingi Asda II Pemprov Banten HM Shaleh MT dan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Banten Suyitno.
 Pelabuhan Perikanan Karangantu tersebut nantinya akan berperan sebagai pusat pengembangan usaha perikanan dan pusat pertumbuhan ekonomi berbasis perikanan. Sedangkan untuk pengembangan PPN Karangantu saat ini Pemprov Banten sudah mempersiapkan lahan yang dihibahkan kepada KKP seluas 6.640 meter persegi.  Lahan tersebut nantinya diperuntukkan pengembangan wilayah laut, nantinya laut akan di reklamasi untuk dilebarkan, kemudian lahan itu juga akan dibuat kolam untuk daratan,



Sementara Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Banten Suyitno mengatakan, Pelabuhan Perikanan Nusantara Karngantu itu akan dijadikan sebagai pelabuhan perikanan terbesar di Banten dan akan dilengkapi fasiitas  dan sarana penunjang lainnya. Hal ini sebagai upaya mewujudkan pelabuhan perikanan yang akan berperan sebagai pusat pengembangan usaha perikanan dan pusat pertumbuhan ekonomi berbasis perikanan.
Pengembangan PPN Karangantu ini sudah ada masterplannya. Menurut rencana pembangunan infrastrukturnya akan dibangun , dan akan dilakukan selama tiga tahap dan secara berkelanjutan,



 tahap I pengembangan PPN Karangantu ini  akan dilakukan mulai tahun 2012 hingga 2016.  Untuk pengembangan pembangunan tahap I akan dilakukan untuk Pengerukan alur perairan laut, pembuatan alur sungai dan rehab drainase. Pengembangan pelabuhan ini dananya akan berumber dari dana APBN, menurut informasi.
  kemudian, pengambangan tahap II dilakukan mulai tahun 2017 hingga 2025. Di mana pengembangan pembangunan pada tahap ke dua ini akan dibangun dermaga labuh untuk kapal-kapal besar yang akan bersandar, weater  pondasi, dan fasilitas lainnya. Sedangkan pada tahap III, dilengkapi fasilitas pokok, fasilitas funsional dan fasilitas penunjang lainnya. Diantaranya adalah kantor pelabuhan, poli klinik, laboratorium perikanan, dan lapangan olahraga, pabrik es, dan pasar ikan,

 semoga saja rencana ini agar cepat terealisasi dengan dukungan semua pihak dari berbagai lapisan dan juga dari ijin dan restu Tuhan YME. amiien,,








            -------SALAM LESTARI------