Pada abad 16, pelabuhan ini menjadi tempat persinggahan para pedagang
sebelum melanjutkan perjalanan ke benua Australia. Bahkan, Belanda saat
pertama kali masuk ke Pulau Jawa pada tahun 1596 memakai jasa pelabuhan
ini untuk berlabuh.
Masih dari buku yang sama, disebutkan
Gubernur Belanda Jan Piterzoon Coen pernah membuat catatan soal perahu
Tiongkok yang membawa barang senilai 300.000 real di Karangantu.
Pelabuhan
Karangantu tidak hanya tercatat dalam buku, namun peninggalan barang
berharga yang pernah diperjualbelikan dapat dilihat di Museum Situs
Kepurbakalaan Banten Lama.
Nama Karangantu sendiri menurut mitos
yang beredar di masyarakat lahir karena saat itu ada seorang Belanda
yang membawa guci berisikan hantu. Hingga suatu hari guci itu pecah dan
hantu yang di dalamnya keluar. Mulai saat itulah pelabuhan yang telah
berganti menjadi kampung nelayan ini diberi nama Pelabuhan Karangantu
Menurut Cornelis de
Houtman asal Belanda pada tahun 1596 Banten disebut Kota Pelabuhan dan
Perdagangan yang sama besar dengan Kota di Amsterdam saat itu, sama pula yang
diungkapkan oleh Vincent Leblanc asal Perancis waktu tiba di Banten pada abad
16. Untuk itu Banten merupakan pelabuhan yang penting bila dilihat dari sudut
geografi dan ekonomi karena letaknya yang strategis dalam penguasaan Selat Sunda.
Kejatuhan Malaka ke tangan Portugis pada tahun 1511 menyebabkan para pedagang
muslim enggan untuk melalui Selat Malaka. Para pedagang yang berasal dari Arab,
Persia, dan Gujarat mengalihkan jalur perdagangan ke Selat Sunda, sehingga
mereka pun singgah di Karangantu. Sejak itu, perlahan tapi pasti, Karangantu
menjadi pusat perdagangan Internasional yang banyak disinggahi oleh para
pedagang dari Benua Asia, Afrika dan Eropa. Dapat dibayangkan betapa besar dan
ramainya Bandar Karangantu saat itu. Karangantu sendiri terletak tidak jauh
dari objek-objek wisata di Banten lainnya seperti Masjid Agung Banten, Keraton
Kaibon, dan lain-lain di Kecamatan Kasemen, Serang – Banten.
Saat
ini Karangantu hanya sebuah pelabuhan kecil yang sama sekali tidak menunjukkan
bukti-bukti kebesarannya di masa lalu, sebaliknya pelabuhan yang pernah
dijuluki sebagai ”Singapore-nya Banten” ini. Sampai sekarang pelabuhan ini
masih dimanfaatkan untuk pelabuhan dan pusat perdagangan ikan, khususnya untuki
daerah Serang sendiri. Pada tahun 1991 pelabuhan ini pernah dikeruk agar
kapal-kapal yang bertonase besar dapat masuk.
Meskipun
kondisi objek bersejarah ini kurang optimal, akan tetapi Pelabuhan Karangantu
memiliki kharisma tersendiri. Karena Pelabuhan Karangantu merupakan salah satu
pelabuhan yang sangat terkenal pada zaman kejayaannya, bahkan para bangsa Barat
pertama kali menginjakkan kaki di Nusantara berawal dari tempat ini. Oleh
karenanya, Pelabuhan Karangantu dapat dibilang sebagai salah satu titik awal
perkembangan peradaban di Indonesia. Selain itu, di pelabuhan ini pada setiap
Bulan Oktober atau November setiap tahunnya diselenggarakan Pesta Ruat Laut.
Kalau
kita tengok sejarah, Pelabuhan Karangantu bukanlah sembarang pelabuhan. Dahulu
kala tempat ini merupakan Bandar besar bertaraf internasional. Pelabuhan ini
merupakan pelabuhan tertua di Banten menggantikan peran Sunda Kelapa sebagai
pelabuhan terbesar di pantai utara Jawa sebelumnya. Pada waktu itu banyak kapal
dagang datang dari negara lain seperti Persia, China, Arab, Portugis, Inggris
bahkan Belanda datang pertama kali ke pulau Jawa pada tahun 1596 melalui
pelabuhan ini juga. Pada abad XVI-XVII Banten merupakan pusat perdagangan
rempah-rempah yang cukup besar di Asia Tenggara. Jadi dengan latar belakang
sejarah besar tersebut seharusnya kita mempunyai kewajiban untuk menjaga agar
pelabuhan ini tetap besar atau paling tidak kita harus menjaganya agar
kondisinya terawat dan tertata dengan baik.
Kementerian Kelautan dan
Perikanan (KKP) dan Pemprov Banten membahas tindaklanjut pengembangan Pelabuhan
Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu, di Kecamatan Kasemen, Kota Serang.
Pasalnya, setelah Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Karangantu ditingkatkan
statusnya menjadi Pelabuhan Perikanan Nusantara hingga saat ini infrastruktur
dan prasarana dan sarana penunjang pelabuhan tersebut belum terpenuhi.
Pembahasan pengembangan pelabuhan perikanan Nusantara Karangantu itu
dilakukan antara Menteri Keluatan dan Perikanan RI Syariep Cicip
Sutardjo dengan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah di kantor KKP RI di
Jakarta, Kamis, (2/2). Dalam pertemuan itu, Gubernur Banten didampingi Asda II
Pemprov Banten HM Shaleh MT dan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP)
Provinsi Banten Suyitno.
Pelabuhan Perikanan Karangantu tersebut nantinya akan berperan
sebagai pusat pengembangan usaha perikanan dan pusat pertumbuhan ekonomi
berbasis perikanan. Sedangkan untuk pengembangan PPN Karangantu saat ini
Pemprov Banten sudah mempersiapkan lahan yang dihibahkan kepada KKP seluas
6.640 meter persegi. Lahan tersebut nantinya diperuntukkan pengembangan
wilayah laut, nantinya laut akan di reklamasi untuk dilebarkan, kemudian lahan
itu juga akan dibuat kolam untuk daratan,
Sementara Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Banten
Suyitno mengatakan, Pelabuhan Perikanan Nusantara Karngantu itu akan dijadikan
sebagai pelabuhan perikanan terbesar di Banten dan akan dilengkapi
fasiitas dan sarana penunjang lainnya. Hal ini sebagai
upaya mewujudkan pelabuhan perikanan yang akan berperan sebagai pusat pengembangan
usaha perikanan dan pusat pertumbuhan ekonomi berbasis perikanan.
Pengembangan PPN Karangantu ini sudah ada masterplannya. Menurut rencana
pembangunan infrastrukturnya akan dibangun , dan akan dilakukan selama tiga
tahap dan secara berkelanjutan,
tahap I pengembangan PPN Karangantu ini akan dilakukan
mulai tahun 2012 hingga 2016. Untuk pengembangan pembangunan tahap I
akan dilakukan untuk Pengerukan alur perairan laut, pembuatan alur sungai dan
rehab drainase. Pengembangan pelabuhan ini dananya akan berumber dari dana
APBN, menurut informasi.
kemudian, pengambangan
tahap II dilakukan mulai tahun 2017 hingga 2025. Di mana pengembangan
pembangunan pada tahap ke dua ini akan dibangun dermaga labuh untuk kapal-kapal
besar yang akan bersandar, weater pondasi, dan fasilitas lainnya.
Sedangkan pada tahap III, dilengkapi fasilitas pokok, fasilitas funsional dan
fasilitas penunjang lainnya. Diantaranya adalah kantor pelabuhan, poli klinik,
laboratorium perikanan, dan lapangan olahraga, pabrik es, dan pasar ikan,
semoga saja rencana ini
agar cepat terealisasi dengan dukungan semua pihak dari berbagai lapisan dan
juga dari ijin dan restu Tuhan YME. amiien,,
-------SALAM LESTARI------