Powered by Blogger.

Translate

Flag Counter

Blogroll

Search This Blog

Tuesday, 21 July 2015

MT. RAJABASA - LAMPUNG (1.281 mdpl)


Gunung Rajabasa adalah gunung berapi dengan kerucut vulkanik yang terdapat di Selat Sunda di bagian tenggara dari Sumatera, terletak di Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Memiliki puncak kawah dengan lebar 500x700 meter dengan bagian daratan berawa, gunung berapi diselimuti dengan berbagai vegetasi. Walaupun aktivitas fumarol terjadi di bagian kaki dan lereng gunung. Terjadi kenaikan aktivitas yang dilaporkan terjadi pada April 1863 dan Mei 1892 serta tidak diketahui kapan terjadi erupsi. Gunung Rajabasa kurang lebih berjarak 5 km dari Kota Kalianda ke arah selatan, terletak tidak jauh dari pantai sehingga gunung ini bisa terlihat dari laut pada penyeberangan Merak - Bakauheni. Dengan ketinggian 1,281 mdpl


Kami berangkat dari Sumur Kumbang, desa di kaki Gunung Rajabasa. Kampung ini berjarak 5 kilometer dari Kalianda, ibukota Lampung Selatan dan dihuni warga suku Sunda.kebetulan itu adalah kampung kakek dan nenek yang juga tempat lahirnya ayah saya.

Dari informasi yang saya dapat sebelum melakukan pendakian,Total waktu pendakian sekitar 6-8 jam perjalanan.Namun saya beserta rombongan mampu mencapai puncak dalam waktu  4 jam saja, Ada sekitar 5 pos hingga ke Puncak. Dan jarak setiap pos kurang lebih berjarak 1 km.

Cukup banyak tempat untuk mendirikan tenda selama jalur pendakian. Bekal air sebaiknya dipersiapkan sebelum naik . Masih banyak sumber mata air sebelum pos 1, setelah itu, tidak ditemukan sumber air. seperti yang kami alami, kehabisan stock air bersih saat mencapai puncak. Akibatnya kami harus menahan haus dan mengalami dehidrasi hingga kembali turun ke pos 1 yang terdapat mata air.
mata air di pos 1

Selama mendaki hingga Pos 1, dijumpai banyak mata air. Para pendaki selalu memakai air itu untuk bekal berkemah. Airnya jernih dan bersih, bisa langsung diminum tanpa terlebih dulu direbus. Mata-mata air itu selama ini menjadi sumber air bersih bagi warga yang tinggal di kaki Gunung Rajabasa. Sebagai kawasan lindung, Gunung Rajabasa punya banyak fungsi ekologi. Di antaranya pengatur tata air, penstabil iklim, pencegah banjir, pengendali erosi, dan penjaga kesuburan tanah. Jasa lingkungan itu dinikmati warga 4 kecamatan dan 39 desa di Kabupaten Lampung Selatan. Karena itu, kerusakan hutan lindung seluas 4.900 hektare ini pasti berdampak buruk bagi mereka. Berbagai bencana alam dan kemiskinan merupakan ancaman yang sewaktu-waktu hadir. Sebelum mencapai Pos 1ada makam Syeh Mansyur, yang dikeramatkan. Tokoh dari Sunda ini perintis lahirnya Desa Sumur Kumbang. sesepuh desa juga mewanti-wanti pendaki agar tidak menebang pohon. Jalan kaki dari Desa Sumur Kumbang ke Pos 1 memakan waktu sekitar 1 jam. Di kiri kanan jalur pendakian terdapat kebun cokelat, kopi, lada, dan durian, milik warga. Orang yang belum pernah mendaki ke puncak Gunung Rajabasa, jangan coba-coba naik tanpa dipandu warga di sana. Sebab, risiko tersesat sangat besar. Jangan terjebak untuk terus naik mengikuti trek. Di sini banyak jalan yang biasa dilalui warga untuk menuju gubuk di kebun mereka. Salah memilih jalur, maka akan terjebak di jalur buntu sehingga pendaki harus balik lagi. Selain menghabiskan waktu dan tenaga, peluang tersesat juga besar sekali. 
pos 1 di siang hari
pos 1 di siang hari



Sampai di Pos 1, kami membersihkan diri di mata air yang jernih. Stamina harus dipulihkan setelah berjalan kaki 1 jam karena medan selanjutnya makin berat. Di sini udara belum terlalu dingin karena ketinggiannya baru mencapai 549 mdpl. Menuju Pos 2 jalur cukup jelas. Tetapi trekingnya kian terjal. Banyak jalur yang tertutup batu-batu besar dan pohon tumbang. Kebun warga sudah tidak ada di sini. Semuanya vegetasi hutan yang rapat.

di Pos 2. Ia berupa dataran yang cukup untuk mendirikan dua tenda buat berkemah. Di sini kami kembali beristirahat, melemaskan otot paha dan betis. Tak lupa memeriksa tubuh kalau-kalau ada pacet menempel. Maklum, Gunung Rajabasa memang dikenal sebagai gudangnya binatang kecil pengisap darah itu. Beristirahat sekitar 10 menit, kami melanjutkan perjalanan ke Pos 3. Jarak dari Pos 2 ke Pos 3 sesungguhnya pendek, tetapi medannya makin berat. Jalur benar-benar tertutup rapat oleh vegetasi. Di sini udara makin dingin. Maklum saja, ketinggian sudah hampir mencapai 1.000 mdpl. Pohon-pohon semuanya berlumut karena udaranya lembab akibat sinar matahari sulit menembus tajuk-tajuk pohon yang menutup rapat. Jurang di sisi kanan dan kiri membuat pendaki wajib ekstra hati-hati kalau mau selamat. Sementara jalurnya sempit, hanya cukup untuk pijakan kaki. Tanahnya mudah runtuh.  Kamipun beberapa kali mesti melompati batang kayu tua dan licin yang roboh merintangi jalur
 Sampai Pos 3, kami kembali beristirahat lima menit untuk melemaskan otot. Tetapi paha dan betis tentu tidak bisa terus dipaksa. Merasa cukup segar, kami meneruskan perjalanan ke Pos 4. Tetapi, lagi-lagi, jalurnya makin berat. Kami mesti melalui trek di bibir kawah. Tidak ada benda kering di sepanjang perjalanan menuju Pos 4. Tanah, batu, dan pohon, semuanya basah karena udara yang lembab. 

Sampai Pos 4, 

perasaan gembira hadir mengganti fisik yang lelah bukan main akibat berjalan kaki. Jarak ke puncak sudah dekat, sekitar 20 meter lagi. Tetapi beristirahat tetap dibutuhkan. Sebab, meskipun jarak sudah dekat, untuk naik ke puncak treknya curam dengan kemiringan hampir 90 derajat. sampailah kami ke puncak Gunung Rajabasa, Dari sini, bisa terlihat pemandangan dua sisi pantai. Sedangkan dua sisi lainnya tampak pepohonan yang lebat dan angker. Puncak ini tidak terlalu luas, hanya berupa dataran rumput memanjang, cukup untuk dipasang 3 tenda. 
puncak rajabasa


puncak rajabasa

Di puncak ada jalur turun menuju kawah yang sudah menjadi danau,dan waktu tempuh sekitar 30 menit dari puncak jika berjalan cepat. Jalur menuju kawah hampir sama seperti cikuray,saat dada bertemu paha.karena kontur tanah yang lembab di jalur menuju kawah,tidak diherankan jika disitu menjadi sarang PACET atau sejenis lintah darat penghisap darah,Habitat pacet biasanya sering ditemukan pada lingkungan hutan hujan tropis, dimana dalam kondisi lingkungan yang lembab. Kehadirannya sering ditemui pada ujung-ujung daun, batang pohon, jalur pendakian, rumput ataupun pada tempat lainnya yang notabene masih memiliki kelembaban..seperti yang saya beserta rombongan alami,saat itu teman yang berasal dari ambon melepas sepatu dan berjalan tanpa alas kaki,tanpa sengaja saya melihat kearah kakinya dan ternyata di kakinya sudah terdapat pacet yang sedang menghisap darah,kemudian saya berbisik ke salah satu rombongan yang juga adik kandung saya bahwa di kaki teman terdapat pacetnya.saya sengaja tidak memberitahu karena saya yakin teman-teman akan histeris ,terutama teman yang sedang di hisap darahnya hehehe,,, tapi rupanya si teman mendengar bisik-bisik kami dan pensaran bertanya ada apa?? Kami bilang tidak ada,untuk menenangkan suasana. Tapi ternyata, dia melihat kearah kakinya dan dia langsung teriak histeris.sontak saja teman-teman yang lain pun menjadi kaget dan suasana menjadi gaduh dan saling mengamati sepatu masing-masing. Setelah diyakini bahwa di sepatu mereka pun terdapat si PACET mereka lari kocar-kacir,tungang-langgang sambil teriak-teriak ketakutan ditengah rimbunnya pepohonan yang jarang dijamah oleh orang. Hasil gigitan pacet ini sebenarnya tidak berbahaya karena efeknya hanya berupa gatal. Dan hal itu membuat saya ketawa cekikikan,, yang kebetulan saya berada dibagian belakang.
operasi pengambilan pacet yang ada di kaki teman hehehe



 Hingga akhirnya kami pun sampai di kawah, dan beristirahat di batu cukup, Kabarnya, berapapun banyak orang yang naik ke atas batu tersebut akan selalu cukup dan tertampung di atasnya. Kawah selebar 500 x 700 meter ini berupa danau berawa yang menjadi bukti Gunung Rajabasa pernah meletus. Tetapi sampai sekarang tidak ada yang tahu persis kapan erupsi itu terjadi. Ada yang melaporkan aktivitas gunung api ini meningkat pada bulan April 1863 dan Mei 1892. Pusat mistis Gunung Rajabasa sendiri berada di kawah terutama sekitar Batu Cukup ini.Danau tersebut menjadi tujuan utama bagi penduduk lokal maupun orang yang khusus datang untuk berziarah
batu cukup

Setelah puas berfoto-foto dan menikmati alam dan pemandangan, akhirnya kami memutuskan untuk berkemas pulang pukul 4 sore,dan dalam perjalanan pulang kami bertemu dengan kk aji dan kawan-kawan anggota dari CICAK LAMPUNG (Comunitas Cinta Alam Kalianda) ,dan kami pun berbincang-bincang hingga pos 1. betapa senangnya kami,akhirnya bisa menemukan air di pos 1 untuk minum dan memasak mie instan. makasih ya kk aji dkk. untuk kompor dan sendoknya,,, walaw aku gak kebagian sendok dan akhirnya pake daun coklat makannya.hehhehe,,,







Salam Lestari ,,,,

Adzi Azhari
https://www.facebook.com/adji.azhari?fref=ts

Rahma Pratwiwi
https://www.facebook.com/rahma.pratiwi.35?fref=ts

Lisin
https://www.facebook.com/rubeen.ajeng?fref=ts

Elang
https://www.facebook.com/hidayat.tuxdilupkan?fref=ts

Veronika Batlayeri
https://www.facebook.com/beo.masihmembisu?fref=ts

Kamsin
https://www.facebook.com/kamsin.aja.7?fref=ts

Noni Widayanti
https://www.facebook.com/profile.php?id=100009297503283&fref=ts

Liche Batlayeri
https://www.facebook.com/van.dhershiz?fref=ts
Yori
https://www.facebook.com/Yorifirman.d?fref=ts
Salam Lestari,,,,





 

0 komentar

Post a Comment